Blog

Di dalam blog ini tersedia pengumuman dan informasi terbaru.

[Sprache Deutsch]

Sesaat sebelum Ibadah Padang hari ini, kami menerima sebuah berita buruk:

Pada hari Minggu pagi terjadi pemboman di tiga Gereja (Katolik, Protestan dan Pentakosta) di Surabaya, Indonesia. Sejumlah anggota Gereja yang tidak bersalah, diantaranya anak-anak, telah menjadi korban terorisme yang biadab. Penyerangan ini ditunggangi oleh sekelompok Islam yang berhubungan dengan grup ISIS.

Sebagian besar rakyat Indonesia dan organisasi masyarakat serta organisasi keagamaan penting di Indonesia, seperti Nahdatul Ulama dan Muhamadiyah, mengutuk tajam serangan-serangan terorisme dan telah mengemukakan upaya untuk mengayom kebersamaan yang harmonis diantara masyarakat Indonesia yang berbentuk pluralisme baik dalam agama maupun kebudayaan. Suara mayoritas baik di bidang politik dan agama sebagai tanggapan terhadap serangan teror ini yaitu: Indonesia berdiri untuk Bhineka Tunggal Ika, kita tidak akan membiarkan terorisme memisahkan kesatuan dan kami tidak takut.

Kami, Jemaat Kristus Indonesia Rhein-Main, sangat bersedih atas meninggalnya para korban serta mengucapkan turut berdukacita dan mengirim doa untuk keluarga yang ditinggalkan. Kami menolak segala bentuk teror, khususnya terorisme yang berkedok agama. Kami memohon para partner dan kawan okumene serta teman-teman di organisasi dialog antar agama untuk berdoa bersama kami bagi yang bersedih dan juga untuk kampung halaman kami, Indonesia.

Berikut ini adalah tanggapan tertulis Persekutuan Gereja Indonesia terhadap serangan bom di hari Minggu. Kami mendukung pernyataan PGI tersebut sepenuhnya.

  1. Tindak kekerasan, dengan alasan apa pun, tidak akan pernah mampu menyelesaikan masalah. Dia hanya akan melahirkan lingkaran kekerasan dan pada akhirnya menuju kehancuran. Lihatlah Siria sekarang ini yang luluh lantak oleh kekerasan demi kekerasan.
  2. Sesungguhnya tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan. Agama apa pun mengajarkan kemanusiaan, damai dan cinta kasih. Kesesatan berpikirlah yang membawa penganut agama melakukan kekerasan dan tindak terorisme.
  3. Oleh karena itu para pemimpin agama perlu lebih serius mewaspadai munculnya para pendukung kekerasan dan tindak terorisme ini dengan berbalutkan penginjil atau pendakwah lewat kotabh-kotbah maupun pernyataannya. Program deradikalisasi BNPT akan sia-‘sia jika masyarakatjustru memberi panggung kepada para pemimpin agama yang menyebarkan paham radikalisme dan kekerasan lewat missi dan dakwah-dakwahnya. Olehnya, kami menghimbau para pemimpin agama dan masyarakat untuk tidak memberi angin dan simpati kepada pelaku kekerasan dan terorisme, apa pun motifnya.
  4. Kami juga menghimbau masyarakat menghentikan penyebaran foto dan video, karena ini justru tujuan teroris, yakni menebarkan rasa takut di tengah masyarakat. Kami justru menghimbau masyarakat untuk menebarkan kasih dan rasa damai melalui ragam media.
  5. Menghimbau seluruh elit politik dan masyarakat untuk menghentikan komentar yang justru memperkeruh keadaan. Janganlah menggunakan peristiwa kekerasan dan tindak terorisme ini untuk menangguk kepentingan politik dan sesaat, karena harga yang sedang dipertaruhkan adalah masa depan bangsa.
  6. Kita tak perlu takut menghadapi ancaman terorisme ini tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada penanganan oleh negara. Sementara itu, kami mendukung sepenuhnya tindakan negara dalam memberantas semua perilaku kekerasan dan aksi-aksi terorisme di tanah air tercinta.

Kami memohon, kasihanilah bangsa kami ya Tuhan Allah.
Kirimkan negara kami semangat perdamaian dan rekonsiliasi dariMu, sehingga senjata dapat dipadamkan dan perdamaian tercipta diantara kami.
Jangan biarkan kebencian, iri hati, dan perselisihan meracuni persekutuan bangsa kami, tetapi beri kami rekonsiliasi dan kasih Yang dariMu.

Cookies make it easier for us to provide you with our services to EIKG / JKI. With the usage of our services you permit us to use cookies. Your settings will be saved for 365 days.